FOKUS GROUP DISCUSSION(FGD)
Disusun oleh :
SATUAN MANGGALA YUDHAUMBY
Focus Group Discussion (FGD)
Istilah
kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD)
saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data
dalam penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas
karena kelebihannya dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk
menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta
pengalaman yang dimiliki informan. FGD memungkinkan peneliti dan informan
berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik.
FGD juga memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan
konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping
itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi
seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak
terduga.
Hasil
FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak
bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti
penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada
kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi,
argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD merupakan
salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan,
tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi.
Tulisan
ini merupakan panduan sederhana dalam menyelenggarakan FGD dengan menggabungkan
pendekatan teoritis dan praktis. Pertama-tama akan diuraikan basis teoritis
FGD, mulai dari penjelasan soal konsep FGD, teknik penentuan jumlah kelompok,
tata ruang, membuat panduan diskusi, pelaksanaan, hingga analisis data dan
penulisan laporan.
Pengertian
FGD
FGD
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan
secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto
(2006: 1-2) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan
informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok.
Sesuai
namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi
(bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah
(bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak
sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di kafe-kafe. FGD
bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal.
Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk mencari solusi atau
menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai
kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para
peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD
berbeda dengan arena yang semata-mata digelar untuk mencari konsensus.
Sebagai
alat penelitian, FGD dapat digunakan sebagai metode primer maupun sekunder. FGD
berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode
penelitian atau metode utama (selain metode lainnya) pengumpulan data dalam
suatu penelitian. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan
untuk melengkapi riset yang bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah satu
teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer
atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.
Di
luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger & Casey (2000:
12-18) menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah
dan tujuan, misalnya (1) pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3)
pengembangan produk atau program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan
sebagainya.
Kapan
FGD Harus Digunakan?
FGD
harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:
- Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan.
- Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.
- Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.
- Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya.
Kapan
FGD Tidak Diperlukan?
FGD
harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode
penelitian sosial jika:
- Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta
- Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
- Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara peneliti dan informan.
- Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang berkategori “sensitif”.
- Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
- Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.
Meskipun
terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang hanya berlangsung 1 -3 jam,
memerlukan persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus. Ada prosedur dan standar
tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Mengapa
FGD?
Irwanto
(2006: 3- 6) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan
filosofis, metodologis, dan praktis.
- Alasan Filosofis
·
Pengetahuan
yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar belakang
pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang
berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara
peneliti dengan responden.
·
Penelitian
tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan
antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi .
- Alasan Metodologis
·
Adanya
keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei
atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting.
·
Untuk
memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat.
·
FGD
dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas,
dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan
yang paling sesuai.
- Alasan Praktis
Penelitian
yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang diteliti-
sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek
penelitian bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.
Menurut
Koentjoro (2005: 7), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah
sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check
terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode
penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik
keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.
Dari
berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan
penelitian, FGD berguna untuk:
a)
Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;
b)
Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan
perilaku kelompok tertentu;
c)
Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan
d)
Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.
Persiapan
dan Desain Rancangan FGD
Sebagai
sebuah metode penelitian, pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan
tidak asal-asalan. Untuk diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1)
Membentuk Tim; 2) Memilih Tempat dan Mengatur Tempat; 3) Menyiapkan Logistik; 4
Menentukan Jumlah Peserta; dan 5) Rekruitmen Peserta.
1)
Membentuk Tim
Tim
FGD umumnya mencakup:
- Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi (ketrampilan proses).
- Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD, dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
- Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
- Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian.
- Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
- Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.
- Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker (penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb)
2)
Memilih dan Mengatur Tempat
Pada
prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun seyogianya tempat FGD yang
dipilih hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising,
berventilasi cukup, dan bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul
(preman, pengamen, anak kecil, dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki
ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai atau kursi). Posisi duduk
peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator
sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk
yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap
pintu tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai
“pemandangan” yang dapat dilihat diluar rumah.
Jika
digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:
(Irwanto,
2006: 68)
3)
Menyiapkan Logistik
Logistik
adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum, selama, dan sesudah
FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi
(audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi;
properti rehat: alat ibadah, konsumsi (makanan kecil dan atau makan utama);
insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan lain sebagainya.
Insentif
dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan. Selain sebagai
strategi untuk menarik minat peserta, pemberian insentif juga merupakan bentuk
ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan waktu dan
pikiran untuk mencurahkan pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal,
dicantumkan dalam undangan mengenai intensif apa yang akan mereka peroleh jika
datang dan aktif dalam FGD. Mengenai bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan
dengan sumberdaya yang dimiliki peneliti. Umumnya insentif dapat berupa
sejumlah uang atau souvenir (cinderamata).
4).
Jumlah Peserta
Dalam
FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Menurut
beberapa literatur tentang FGD (lihat misalnya Sawson, Manderson & Tallo,
1993; Irwanto, 2006; dan Morgan D.L, 1998) jumlah yang ideal adalah 7 -11
orang, namun ada juga yang menyarankan jumlah peserta FGD lebih kecil,
yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8 orang (Krueger
& Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan variasi yang menarik,
dan terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-masing peserta untuk
memberikan sumbangan pikiran yang mendalam. Jumlah peserta dapat dikurangi atau
ditambah tergantung dari tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.
5).
Rekruitmen Peserta: Homogen atau Heterogen?
Tekait
dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan awal diadakannya FGD.
- Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen.
- Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama.
- Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya terlalu besar.
- Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu.
- Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh homogen.
Menyusun
Pertanyaan FGD
Kunci
dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah membuat pertanyaan-pertanyaan
kunci sebagai panduan diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan
hal-hal berikut:
-
Baca lagi tujuan penelitian
-
Baca lagi tujuan FGD
-
Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan dari FGD
-
Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut
-
Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima)
pertanyaan inti.
-
Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari konsep besar
yang kabur maknanya.
-
Uji pertanyaan-pertanyaan tersebut pada teman-teman dalam tim Anda.
Berbeda
dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya. Bahkan
semestinya tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu
permasalahan, kasus, atau kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya
memang ia sering bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan
mengelola diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi
tidak macet (Irwanto, 2006: 2)
Pelaksanaan
FGD
Keberhasilan
pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator sebagai “Sang
Sutradara”. Peran Moderator dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya,
baik yang bersifat pokok (secara prosedural pasti dilakukan) maupun yang
tentatif (hanya diperlukan jika memang situasi menghendaki demikian).
Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD, (b) meminta klarifikasi, (c)
melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing (penggalian lebih dalam), (f)
melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada peserta yang dominan dan
memberi kesempatan yang lain untuk bersuara), (g) reframing, (h) refokus, (i)
melerai perdebatan, (j) memanfaatkan jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan
(l) menutup FGD.
Dalam
pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan baik adalah
permulaan. Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal
moderator terkait dengan permulaan diskusi yaitu (1) mengucapkan selamat
datang, (2) memaparkan singkat topik yang akan dibahas (overview), (3)
membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati bersama (atau hal-hal lain yang
akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4) mengajukan pertanyaan pertama
sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu usahakan, baik pertanyaan maupun respon
dari jawaban pertama tidak terlalu bertele-tele karena akan menjadi acuan bagi
efisisensi proses diskusi tersebut.
Analisis
Data dan Penyusunan Laporan FGD
Analisis
data dan Penulisan Laporan FGD adalah tahap akhir dari kerja keras peneliti.
Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut:
1.
Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD
2.
Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim)
3.
Baca kembali hasil transkrip
4.
Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol dan berulang-ulang muncul
dalam transkrip, lalu kelompokan menurut masalah atau topik. Kegiatan ini
sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang berbeda untuk mengurangi “bias” dan
“subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga dilakukan dengan mengikuti
Topik-topik dan subtopik dalam Panduan diskusi. Jangan lupa merujuk catatan
yang dibuat selama proses FGD berlangsung.
5.
Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam FGD biasanya
mencakup:
a.
Konsensus
b.
Perbedaan Pendapat
c.
Pengalaman yang Berbeda
d.
Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya.
6.
Buat koding dari hasil transkripsi menurut pengelompokan masalah/topik,
misalnya tentang Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja dibuat kode:
Kode
1 untuk perilaku seks remaja
Bisa
dipecah lagi menjadi:
Kode
1a : aturan/nilai-nilai menyangkut perilaku seks remaja
Kode
1b : pengalaman seksual
Kode
2 untuk masalah kesehatan reproduksi remaja,
Bisa
dipecah lagi:
Kode
2a : masalah tiadanya informasi kesehatan reproduksi
Kode
2b : masalah tidak adanya pelayanan untuk remaja, dst
Kode
3 untuk kebutuhan remaja
Menurut
Irwanto (2006: 82-86), dalam melakukan analisis FGD, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
- Periksa dahulu, apakah tujuan FGD tercapai—antara lain terlihat dari jumlah pertanyaan yang ditanyakan (dieksekusi) apakah sesuai dengan rencana awal?
- Adakah perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari peserta?
- Identifikasi masalah utama yang dikemukakan oleh peserta. Untuk itu perhatikan tema sentral dalam TOR FGD.
- Adakah variasi peserta dalam persoalan utama ini? Bagaimana variasinya? Mengapa? (Perbedaan-perbedaan yang muncul tersebut ada yang sangat ekstrim sampai yang hanya berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini timbul, keduanya harus disajikan dalam laporan.
- Selain persoalan utama itu, adakah persoalan lain (tema-tema lain) yang muncul dalam diskusi? Apa saja? Mana yang relevan dengan tujuan FGD?
- Buatlah suatu kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul. Dengan melihat sumber daya peneliti dan stakeholders, pilihlah masalah-masalah apakah dapat diselesaikan dapat diselsaikan dalam jangka waktu pendek atau panjang. Selain itu coba dipilih persoalan yang tidak kunung selesai, misalnya yang menyangkut perubahan apda tingkat makro (terutama struktur ekonomi dan politik).
- Lakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang dikehendaki.
Setelah
pekerjaan di atas selesai, baru hasilnya dituliskan atau dilaporkan dengan cara
berikut:
- Tuliskan topik-topik/masalah-masalah yang ditemukan dari hasil FGD. Setelah itu tuliskan juga “kutipan-kutipan langsung” (apa kata orang yang berdiskusi) mengenai masalah tersebut
- Bahas topik-topik atau masalah-masalah yang diungkapkan bersama tim peneliti. Lakukan topik demi topik, sampai semua topik/masalah penting selesai dilaporkan dan dibahas.
Tidak
boleh dilupakan, keseluruhan laporan FGD harus memuat poin-poin berikut ini:
(a) identitas subjek (untuk kasus tertentu diperlukan deskripsi subjek, bisa
ditulis dalam lampiran); (b) tujuan FGD; (c) bentuk FGD; (d) waktu FGD; (e)
tempat berlangsungnya FGD; (f) alat bantu dalam FGD; (g) berapa kali dilakukan
FGD; (h) tema-tema atau temuan penting dalam FGD, (i) kendala-kendala selama
proses FGD; (j) pemahaman-pemaknaan FGD; dan (k) pembahasan hasil FGD.
Catatan
Penting:
- Perlu diingat bahwa jika dalam sebuah wawancara pribadi, peneliti dihadapkan pada data individual—bukan sebuah proses kelompok—maka dalam FGD peneliti akan memperoleh data individu sekaligus kelompok.
- Semua pekerjaan, mulai dari mengumpulkan data, membahas hasil, mencari topik yang penting dalam transkrip, membahas kembali topik-topik itu, sampai menuliskan laporan harus dilakukan dengan tim atau paling tidak berpasangan untuk menghindari pendapat subjektif pribadi. Bila dilakukan dalam tim maka laporan bisa mendekati keutuhan karena berbagai pandangan saling melengkapi.
[1] Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, peneliti
di Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan Pemantau Regulasi dan
Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar